Mengapa Bandung disebut Paris van Java? Julukan “Paris van Java” (Paris dari Jawa) mulai melekat pada Kota Bandung antara tahun 1889 hingga 1904. Julukan ini muncul karena pemerintah kolonial Hindia Belanda ingin mempromosikan Bandung sebagai pusat fashion, gaya hidup, dan arsitektur Art Deco yang setara dengan kota Paris di Eropa, guna menarik wisatawan internasional.
| Faktor Utama | Bukti Sejarah / Ikon | Keterangan |
| Pusat Fashion | Jalan Braga (Bragaweg) | Toko seperti Au Bon Marche (1913) selalu menjual busana tren terbaru langsung dari Paris. |
| Arsitektur | Art Deco | Gedung-gedung seperti Savoy Homann dan Preanger dibangun dengan gaya Art Deco yang saat itu sedang hits di Eropa. |
| Gaya Hidup | Maison Bogerijen | Restoran (kini Braga Permai) yang menyajikan menu khas Prancis dan menjadi tempat sosialita berkumpul. |
| Strategi Promosi | Pameran Pariwisata | Pemerintah kolonial (1889-1904) sengaja melabeli Bandung sebagai “Paris”-nya Jawa untuk menarik turis Eropa. |
| Iklim | Udara Sejuk | Posisi geografis Bandung yang dikelilingi pegunungan memberikan suasana sejuk mirip musim semi di Eropa. |
Berikut adalah 4 faktor utama sejarah yang menjadikan Bandung sebagai Paris van Java:
1. Strategi Promosi Pariwisata Kolonial
Julukan ini bukan sekadar nama panggilan, melainkan sebuah branding wisata. Pada awal abad ke-20, pemerintah Hindia Belanda aktif mengikuti pameran pariwisata internasional. Untuk menarik minat turis Eropa, mereka mempromosikan Bandung—yang memiliki udara sejuk dan tata kota indah—sebagai destinasi eksotis dengan citarasa Eropa yang kental.
2. Kiblat Fashion di Jalan Braga
Jalan Braga (Bragaweg) adalah jantung dari julukan ini. Pada masanya, Jalan Braga menjadi kawasan elite tempat warga Eropa berbelanja.
- Au Bon Marche: Toko busana terkenal (sebelumnya bernama Aud) yang berdiri tahun 1913 ini selalu mendatangkan tren pakaian terbaru langsung dari Paris.
- Standar Gaya: Warga Bandung kala itu dikenal sangat modis. Jika sebuah tren baru muncul di Paris, tak lama kemudian tren tersebut sudah terlihat dikenakan oleh orang-orang di Jalan Braga.
3. Etalase Arsitektur Art Deco
Bandung adalah salah satu kota dengan koleksi bangunan bergaya Art Deco terbanyak di dunia, gaya yang juga sangat populer di Paris pada era 1920-an. Keberadaan gedung-gedung megah ini memperkuat nuansa Eropa di tanah Pasundan.
- Hotel Savoy Homann & Grand Hotel Preanger: Dua ikon arsitektur yang hingga kini masih berdiri kokoh, menampilkan kemewahan desain geometris khas Art Deco.
- Gedung Merdeka (Concordia): Tempat berkumpulnya kaum sosialita untuk berpesta dansa (Societeit).
4. Gaya Hidup dan Kuliner Eropa
Atmosfer “Paris” semakin terasa melalui gaya hidup masyarakat kolonial saat itu. Restoran Maison Bogerijen (sekarang Braga Permai) menjadi restoran favorit para pejabat dan pengusaha perkebunan (Preanger Planters) untuk menikmati hidangan khas Prancis. Kehidupan malam yang glamor dan kafe-kafe trotoar menjadikan Bandung terasa seperti replika Paris di daerah tropis.
Kesimpulan
Julukan “Paris van Java” adalah warisan sejarah yang menggabungkan strategi pemasaran kolonial dengan realita sosial Bandung yang memang sangat fashionable dan artistik pada zamannya. Hingga kini, identitas tersebut tetap hidup melalui kreativitas warganya di bidang mode (distro/clothing), kuliner, dan pelestarian bangunan bersejarah.
Sumber : Web Kota Bandung